Minggu, 21 Agustus 2011

Refleksi Kemerdekaan ke-66 Tahun


Dalam upacara bendera menyambut hari kemerdekaan indonesia 17 agustus 2011, bapak Abdul Aziz KH selaku kepala sekolah menyampaikan pidatonya sebagai berikut : 

Assalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuhu
Alhamdulillah, kepada para ustadz/ustadzah yang dirahmati Allah dan kepada anak-anak siswa SMPIT Az-Zahra Sragen yang kami banggakan, kita bersyukur dapat menikmati kemerdekaan ini sejak 66 tahun yang lalu. Lebih menggembirakan hati lagi, kita syukuri peringatan 17 Agustus pada waktu Ramadhan, karena nyaris sama dengan ketika proklamasi kemerdekaan dikumandangkan. Bedanya kalau proklamasi jatuh pada hari Jum’at, sedangkan saat ini kita peringati pada hari Rabu.
Pada kesempatan yang berbahagia ini, akan kita berikan refleksi kemerdekaan, sebagai bagian dari rasa suka cita atas kemerdekaan ini, sekaligus sebagai peringatan bagi generasi muda bangsa dan Negara Indonesia pada umumnya dan siswa SMPIT Az-Zahra pada khususnya.

Pertama,
Dengan latar belakang, bahwa perjuangan merebut kemerdekaan itu dengan kerja keras dan begitu banyak korban berjatuhan. Tidak hanya korban nyawa, melainkan korban harta, benda dan korban martabat kebangsaan. Kita musti menghormatinya, bukan malah mencederainya.
Kalau nenek moyang kita berjuang, kita sebagai penerusnya juga harus tetap berjuang.
Kalau nenek moyang kita berkorban, kita sebagai penerusnya juga harus tetap berkorban.
Kalau nenek moyang kita pantang menyerah, kita sebagai penerusnya juga harus tetap pantang menyerah.
Kalau nenek moyang kita berjuang angkat senjata, kita sebagai penerusnya juga harus tetap berjuang. Dengan cara dan model masa kini, tentunya. Belajar dengan giat, pantang menyerah, selalu ingin hasil terbaik, jujur dan berakter, semua itu merupakan perjuangan dalam bentuk yang lain. Sebagaimana menurut W.S Rendra, “PERJUANGAN ADALAH PELAKSANAAN KATA-KATA”.

Kedua,
Kita perlu selalu waspada terhadap jenis-jenis penjajahan model baru, dapat kita saksikan. Sejatinya kita ingin memenangi peperangan model baru ini, tetapi, aih-aih menang. Ternyata banyak generasi muda kita yang justru menjadi korban dan kalah dari peperangan itu. Karena penjajahan jenis baru ini bervariasi dalam bentuk dan macamnya, music, mode dan produk.
Contohnya, model kehidupan “PUNK”, yang menurut generasi muda itu suatu gaya hidup maju dan modern, tetapi sesungguhnya generasi muda-lah yang telah jatuh sebagai pecundang, kalah dalam peradaban, tersudut dalam peperangan, dan terpojok di bumi mereka sendiri. Beluam lagi kekalahan-kekalahan dalam varian yang lainnya.
Saya dan seluruh ustadz/ustadzah di sini, sama sekali tidak terima, tidak rela. Kalau kalian yang kalah dan menjadi korbannya. Oleh karena itu segera sadarlah, bumi pertiwi ini diwariskan kepada kalian bukan untuk di jajah, tetapi bumi pertiwi diwariskan kepada kalian untuk menang, untuk maju dan untuk Berjaya. Jadilah pewaris yang baik, salah satu caranya dengan meraih prestasi terbaik. Yang sesungguhnya itu semua, bukan untuk siapa-siapa. Tetapi untuk diri kalian sendiri.

Semoga dari dua point refleksi kemerdekaan yang disampaikan pada upacara bendera hari ini, dapat kalian camkan dalam hati dan untuk kemajuan kalian di waktu-waktu yang akan datang.

Cukup sekian,
Wassalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuhu

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More